Pernah nggak berada di fase di mana kamu merasa terluka, harus merelakan sesuatu yang awalnya sangat kamu inginkan bahkan selalu kamu doakan? Sudah berdoa, berikhtiar, menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk agar keinginan tersebut bisa terealisasikan dengan baik, eeh ternyata semesta nggak berpihak ke kamu. Gimana rasanya? Sakit banget pastikan? Marah, sedih, bertanya-tanya "kok bisa" tentu berkecamuk di pikiran. Seolah-olah diri ini butuh jawaban sesegera mungkin agar semuanya jelas. Namun, semakin dicari tau malah semakin sakit, semakin berasumsi aneh-aneh. Ujungnya apa, diri kamu juga yang menderita.
Ternyata.... apa yang sudah terjadi, ada kalanya untuk direlakan saja. Tanpa harus diusik-usik lagi, tanpa harus dikepoin lagi, dan tanpa harus dipikirkan lagi. Kuncinya hanya satu, melakukan hal-hal baik agar diri menjadi produktif.
Merelakan apa yang terjadi bukan berarti harus melupakan. Justru semakin dilupakan malah semakin teringat. Pun jangan terlalu mengandalkan waktu agar bisa melepaskan semua itu dan berdamai dengan luka emosional yang dirasakan. Karena, ternyata waktu tidak bisa menyembuhkan luka.
Mengutip dari instagram Makna Wellness (@maknawellness), bangkit dari perasaan terpuruk memerlukan sikap yang proaktif, karena luka tidak akan sembuh dengan menunggu, tetapi harus ada hal-hal baik yang dilakukan untuk menyembuhkannya. Jika dirimu ingin diam sejenak, menghabiskan waktu sendirian saat mengalami luka, it's okay. Namun, apa yang kamu lakukan di dalam waktu diam itulah yang menjadi penting.
Ada juga orang yang ketika terluka justru lebih nyaman berada di keramaian, bertemu dan berinteraksi dengan lingkungannya. It's okay too. Poinnya tetap sama, apa yang kamu lakukan di dalam kebersamaan dengan merekalah yang menjadi penting.
Aku pribadi yang cenderung introvert tentu lebih nyaman menghabiskan waktu sendirian ketika sedang terluka. Aku sudah melalui masa di mana aku merasa jatuh sejatuh-jatuhnya karena harapan yang ternyata bukan takdirku. Aku menangis berhari-hari setiap malam, berkeluh kesah kepada Sang Pencipta, merefleksikan semua yang telah terjadi. Aku torehkan emosiku dalam untaian kalimat yang akhirnya menjadi beberapa cerita untuk bukuku. Setelah semuanya aku rasa selesai, aku lega dan bisa menerima, aku tutup luka itu beserta semua akses yang bisa merobeknya kembali.
Memang benar, sembuh dari luka bukan perkara waktu yang dihabiskan, tetapi hal baik apa yang aku lakukan selama merasakan luka itu.
Memaafkan, tetapi tidak melupakan.
Tidak melupakan, tetapi merelakan.
"Semakin tua semakin memaklumi, bahwa nggak semua hal itu harus dimengerti. Banyak hal yang memang begitu adanya. Nggak harus ditelusuri penyebabnya, nggak harus dicari tau alasannya, nggak harus dipahami keadaannya. Cukup diterima apa adanya, atau direlakan saja". -@bajayakajay-
#BPN30DayRamadanBlogChallenge2022
#BPN30DayRamadanBlogChallenge2022Day16
sungguh sungguh relate banget apa yg sebenarnya saya rasain selama ini.
ReplyDeleteawalnya menunggu waktu untuk sembuhkan, tapi tidak juga benar sepenuhnya. memang butuh waktu, bukan artinya hanya menunggu, tapi do something untuk membuat diri senyaman mungkin melewati hari demi hari, pokoknya jangan ada kata menyesal.
terima kasih tulisannya mba. i got the points
Betul, Mbak. Luka punya hak buat datang, tapi tetap kita yg punya kuasa mau luka itu menetap atau mengubur luka itu dgn bangkit dan produktif melakukan hal2 baik.
DeleteSama2 Mba, semangat! 💞
Waktu membuat kita terbiasa dengan keadaan, lebih mampu berdamai tapi tidak menyembuhkan
ReplyDelete❤❤
Deleteperasaan merelakan itu memang butuh effort yaa ☺ dan bener kata bijaknya, kadang tak perlu mengerti semua hal
ReplyDeleteBetul kak. Ada kalanya yang terjadi biarlah terjadi, alias bodo amaaat 😂
DeletePernah jatuh dan kecewa emang salah satu masalah jiwa yg komplet, aku sendiri udah dari dulu mengambil sepenggal lirik dr The Corrs, mbaa,
ReplyDelete“I’M FORGIVEN NOT FORGOTTEN”
Dan kayak kalimat terakhir itu, semakin tua semakin memaklumi keadaan 🤗
Waaah The Corrs! Favorit saya juga nih Mbak. Ketahuan nih usia kita hahahahaa...
DeleteForgiven not forgotten adalah koentjii
Betul, luka sembuh karena merelakan dan mengikhlaskan. Kalau nggak begitu, susah move on
ReplyDeleteSulit di awalnya, tapi ya cuma di awalnya aja, asal rela pokoknya pasti bisa baik-baik saja. Uhuuy :D
DeleteKalau kata Ariel Noah, "Biarkan semua seperti seharusnya, tak kan pernah menjadi milikku." Cukup relate, kan, ya, dengan tulisan Mbak ini. Terkadang lebih baik kita menerima saja, tanpa harus banyak mempertanyakan .
ReplyDeleteSetuju banget Mbak. Kalau makin dipertanyakan apalagi dicari tau, siap-siap aja semakin sakit yaah.
DeleteBanyak yang bilang, waktu itu menyembuhkan
ReplyDeleteNyatanya bukan seperti itu ya mba, mungkin luka bisa sembuh seiring kita bisa berdamai dengan keadaan
Bener Mba. Harus ada sesuatu yang dilakukan untuk proses penyembuhan itu :)
DeleteInspiratif sekali mba, kadang memang menyembuhkan luka gak gampang apalagi luka menahun dan sudah lama. Tinggak kita sendiri apakah bisa menerima dan ikhlas atau tidak.
ReplyDeleteYaap, benar banget Mbak :)
DeleteBeen there, done that. Tidak ada cara lain selain memaafkan dan let it go (merelakan). Soal melupakan, itu relatif. Sebab, ada hal yang justru kita harus ingat agar tak terulang. Tergantung konteksnya.
ReplyDeletePoinnya mantap banget nih Mba Nieke, "Soal melupakan itu relatif, sebab ada hal yang justru kita harus ingat agar tak terulang". Luuuvvv!
Deletesembuh bukan berarti lupa, tapi sudah bisa berdamai dengan keadaan. Mantap kakak tulisannya. Jadi, pengingat buat saya juga ini tulisannya, jikalau saya merasa sedang terjatuh. Biar bisa termotivasi lagi
ReplyDeleteHehehehe alhamdulillah kalau gitu Kak. Siap menjalani hari dengan lika-likunya dong yaa hihihi.
DeletePenyembuhan bukan karena masalah waktu tapi terkadang juga masalah kesempatan. Kesempatan move on, kesempatan bangkit, kesempatan untuk memaafkan, kesempatan untuk merelakan dan kesempatan-kesempatan lainnya itulah yang membutuhkan waktu.
ReplyDeleteAwww got the point, Mbak ;)
Deletebenar semakin melupakan malah seakan2 malah terikat dgn luka, butuh proses untuk menerima suatu keadaan dan mnjdikannya sebagai pmbelajaran berharga. Waktu terus berjalan dan perlu adanya kegiatan positif supaya tak mnyesal kemudiannya...
ReplyDeleteSetuju banget kakak :)
DeleteKarena penerimaan diri dan berusaha untuk ikhlas juga kali yah kak, masyaAllah.. hihi. tapi menurutku waktu juga ikut berperan untuk membantu menyembuhkan luka itu, eaaa
ReplyDeleteEeeaaaa (aku kok ketawa ya baca part ini :D)
DeleteMenemukan cara dan tahu ritme kita dalam melakukan penyembuhan luka adalah sesuatu yang penting.
ReplyDeleteValid, ;)
DeleteYa luka bukan sembuh seiiring waktu tapi ketundukan pada sang pemberi takdir membuat kita bisa perlahan menerima bahwa itu luka
ReplyDeleteSelalu percaya kalau apapun di dunia ini sudah ditakdirkan oleh-Nya ya Mbak. Jadi kalau sekiranya ada kejadian di luar ekspektasi dan harapan kita, kita nggak terlalu kecewa karena udah mau paham bahwa ini sudah jalan-Nya.
DeleteSetuju karena aku pernah merasakan sendiri. Waktu memang ga akan menyembuhkan kalau kitanya sendiri yang nggak mau sembuh. Aku pernah baca quote kalo yang bisa menyembuhkan luka ya kita sendiri dan orang yang menorehkan luka. Pada intinya harus damai sama diri sendiri dan orang yang menyebabkan luka itu.
ReplyDeleteberdamai dengan diri sendiri dan orang tersebut. Kalimat simpel tapi dampaknya daleeem banget ya Mbak.
DeleteBerdamai bukan berarti kita kalah, tetapi justru kita menang karena berhasil melawan sesuatu yang tidak baik untuk kita. Terima kasih positive vibenya kakaak.
Betul, sy jg pernah terluka. Betul.. Dimaafkan dan direlakan saja. Seiring waktu luka pun akan sirna
ReplyDeleteHuhu, kita terlalu sibuk dengan aktivitas lain ya Mbak, jadi dimaafkan dan direlakan saja yang mengganggu :D
DeleteNgena banget tulisannya mbak, dan pernah juga ngalamin momen di paragraf satu, jujur emang sakit sih rasanya
ReplyDeletetapi alhamdulillah sudah terlewati kan Kak? :)
Deletekok iya sih akupun semakin berumur jadi makin slow aja nih , dan kadang udah gak mau ambil pusing.. meski sbenanrya hidup tak sellau memgalir kayak air tapi pasti ada aja tantangannya
ReplyDeleteSetuju banget Mba Hamim. Makin berumur udah kaya "oh, lagi dikasih cobaan masalah hati. Ya udah" :-D
DeleteAku juga berpikir begini, kak... Forgiven but not forgotten.
ReplyDeleteSemoga setiap luka yang ada menjadikan pribadi kita lebih kuat.
Aamiin, dan harus jadi kuat memang ya Kak :)
Delete