PENGABDI SETAN (2017), FILM HOROR DENGAN MAKNA YANG DALAM

Judul film : Pengabdi Setan 

Tahun rilis : 2017

Genre : Horor

Produksi : Rapi Films

Sutradara : Joko Anwar

Pemeran : Tara Basro, Ayu Laksmi, Dimas Adytia, Bront Palarae, Endy Arfian, Nasar Anuz, M. Adhiyat, Elly D. Luthan, Arswendi Nasution, Egi Fedly, Fachri Albar, dan Asmara Abigail.

Tidak semua film horor dari Indonesia mau saya tonton. Alasannya simpel, sejak saya kecil saya taunya film horor buatan Indonesia itu kental dengan adegan dewasa. Jadi saya enggan menontonnya. Semakin lama saya semakin paham bahwa film-film yang ada ntah itu genre horor, komedi, romantis, bahkan thriller sekalipun bisa saja ada adegan dewasanya. Semua tergantung sutradaranya. 

Setelah memahami hal tersebut, saya tetap jarang nonton film horor karya anak bangsa. Nggak tertarik aja gitu. Selain jeritan dan efek mencekam yang disajikan, make up hantunya juga terlalu seram menurut saya, bahkan cenderung menjijikkan membuat saya takut duluan sebelum nonton.

Namun, ketika film Pengabdi Setan rilis tahun 2017, ntah mengapa saya langsung tertarik untuk menontonnya. Saat itu saya belum tahu kalau film ini merupakan remake dari film Pengabdi Setan tahun 1980 dengan beberapa modifikasi. Waw, jadul banget ternyata ya. Saya pun sudah nonton film ini beberapa kali, jadi saya tertarik untuk membuat review filmnya. Apalagi Bacaterus lagi ngadain lomba review film yang judul-judulnya sudah ditentukan. Sekalian aja deh saya ikutan, itung-itung pengalaman pertama juga bikin review film. Selain bisa lihat review dari berbagai film, kalian juga bisa loh cari informasi tentang dunia film di Bacaterus . Pasti seru !

Sumber : twitter @jokoanwar

Review film kali ini saya awali dengan membahas posternya. Jika kebanyakan film horor menggunakan poster seram dan menampilkan sosok hantu di film tersebut, poster film Pengabdi Setan kebalikannya. Poster hanya menunjukkan rumah tua dan tangan hantu yang memegang lonceng. Bagi sebagian orang tentu poster ini tidak terlalu seram, tapi bagi saya poster ini sudah cukup memberi efek ngeri pada filmnya. Apalagi saat itu saya nonton di bioskop, posternya tentu dipajang dengan ukuran jumbo. Bisa dibayangkan seramnya suasana di sana saat itu. 

Sumber : Instagram @tarabasro

Setelah melihat poster film, hal lain yang akan dicari tau tentu para pemainnya. Menurut saya film horor akan semakin terasa mencekam jika pemainnya bukan dari kalangan artis yang sering muncul di layar kaca. Kenapa ? karena jika pemain yang memerankan tokoh utama atau sosok hantu di filmnya adalah artis yang wajahnya sangat familiar, otomatis pikiran saya ketika sedang menonton film tersebut langsung mengingat wajah asli pemainnya. Jadi meskipun diberi efek make up yang luar biasa seram, tetap saja kesan seramnya langsung hilang dan jadi biasa saja karena frame pikiran saya adalah wajah asli pemainnya. 

Nah, ketika film Pengabdi Setan (2017) ini rilis, dari seluruh pemain yang terlibat, saya hanya familiar dengan Endy Arfian yang berperan sebagai Toni, dan Fachry Albar yang muncul di akhir cerita. Saya belum terlalu familiar dengan sosok Tara Basro yang berperan sebagai tokoh utama bernama Rini, bahkan sosok Ibu di film ini pun bukan diperankan oleh kalangan artis, melainkan seniwati dari Bali, Ayu Laksmi. Bisa dibayangkan bagaimana seramnya sosok hantu yang diperankan oleh pemain yang belum pernah kita lihat. 

Sumber : Twitter @jokoanwar

Film Pengabdi Setan (2017) menggunakan visualisasi sesuai era 1980an. Pernak-pernik yang digunakan di dalam rumah semua serba jadul. Detil sekecil apapun diperhatikan dengan baik, seperti beberapa penghargaan milik ibu yang menunjukkan bahwa sebelum sakit ibu adalah seorang penyanyi sukses. Selain itu terpasang juga foto-foto Toni (Endy Arfian) saat masih kecil di dinding kamarnya. Benar-benar foto Toni saat masih anak-anak. 

Film ini menyuguhkan efek suara yang sangat mencekam, apalagi jumpscare yang dimunculkan selalu saat scenes malam hari. Namun, yang menarik dari film ini adalah efek make upnya yang sederhana tetapi menakutkan. Jika kebanyakan film horor lain menampilkan sosok hantu dengan wajah hancur, hantu Ibu di film ini sangat jauh dari itu. Riasan wajahnya hanya berupa perpaduan warna putih dan hitam, seperti film horor Suzana. Meskipun demikian, riasan tersebut cukup sukses membuat saya takut dan terbayang-bayang setelah nonton filmnya. 

Sumber : https://gensindo.sindonews.com/read/177216/700/6-teknik-supaya-kamu-punya-aura-hantu-1601093353

Efek tata rias lainnya yang sangat dicermati dengan detil di film ini adalah saat Hendra (Dimas Adytia) tewas dengan wajah hancur akibat tertabrak truk, seolah-olah penonton melihat adegan kecelakaan asli yang menewaskan seorang pengendara motor. Sayangnya, untuk kecelakaan hebat seperti itu agak tidak masuk akal rasanya jika hanya wajah Hendra saja yang hancur, tetapi anggota tubuh lain tanpa luka. Mungkin ini bisa jadi pertimbangan untuk film selanjutnya, agar mempertimbangkan efek apa saja yang biasa muncul ketika terjadi kecelakaan. 

Selain efek yang diberikan, adegan-adegan dalam film ini juga bukan kaleng-kaleng. Sangat dipikirkan dengan detil dan matang. Salah satu yang membuat saja takjub dari film Pengabdi Setan ini adalah saat adegan pemakaman ibu. Adegannya persis seperti pemakaman aslinya, bahkan ada adegan membuka kain kafan dan memperlihatkan wajah ibu sebelum diarahkan ke kiblat. Saya baru berani lihat full adegan ini setelah 3 kali nonton hahaha, seraamm. 


Oke, sebelum lanjut review filmnya saya akan menjelaskan sedikit tentang film ini. Film Pengabdi Setan (2017) bercerita tentang keluarga ibu Mawarni (Ayu Laksmi), seorang penyanyi lawas yang sedang sakit keras. Seluruh upaya telah dilakukan agar Ibu sehat kembali, tetapi semakin hari kondisi ibu semakin buruk. Ibu pun tidak mampu untuk beranjak dari tempat tidurnya. Awalnya ibu adalah seorang penyanyi sukses dengan banyak karya. Banyak piagam penghargaan ia dapatkan. Namun, kesuksesan tersebut belum lengkap karena saat itu ibu belum memiliki keturunan. 

Keluarga ibu merupakan keluarga yang jauh dari agama. Hal ini terlihat di scene pemakaman bu, ketika bapak (Bront Palarae) berbincang dengan Pak Ustad (Arswendi Nasution) :

"Maaf, saya tidak pernah lihat Bapak di Mesjid ?"

"Kami tidak shalat, Pak". 

Dikarenakan jauh dari agama, untuk mewujudkan keinginannya memiliki anak ibu masuk ke dalam sebuah sekte. Sebut saja sekte kesuburan karena memang tidak dijelaskan di film sekte apa yang dimaksud. Celakanya, sekte ini memiliki peraturan, yaitu anak bungsu yang dilahirkan dari sesama anggota sekte, harus diserahkan ketika anak tersebut berusia 7 tahun, karena anak bungsu ini adalah titisan iblis. Kejadian mencekam mulai muncul saat ibu sakaratul maut dan terus berlangsung setelah ibu meninggal. ibu kembali datang dalam wujud hantu, bukan untuk menakuti mereka, melainkan untuk melindungi anak bungsunya Ian agar tidak diambil oleh para mayat hidup. 

Jika saya cermati kembali adegan-adegan di film ini, sepertinya bapak juga merupakan anggota sekte, tetapi sudah keluar dari sekte tersebut. Saya mengambil kesimpulan ini karena teringat saat adegan bapak menemani ibu yang sedang terbaring lemah di kamarnya. Bapak menyampaikan sesuatu, seperti permohonan maaf atas anak-anak mereka. Alasan lainnya terlihat diakhir film ketika Ian (M.Adhiyat) dijemput oleh para mayat hidup. Ian hanya memanggil bapak untuk ikut dengannya sedangkan kakak-kakaknya tidak dipanggil. 

Sumber : https://gramedia.com/best-seller/uji-nyali-saat-halloween-dengan-5-film-horor-indonesia/ 

Selain ibu dan bapak, nenek (Elly D.Luthan) yang merupakan orangtua dari bapak sepertinya juga memahami bahwa anak dan menantunya masuk dalam sekte kesuburan untuk memiliki keturunan. Untuk itu sebelum meninggal nenek menulis surat yang ditujukan kepada teman lamanya, pak Budiman (Egi Fedly) dengan harapan pak Budiman akan membantu cucu-cucunya. Pak Budiman adalah seorang penulis yang ntah kenapa tulisannya menjadi kenyataan di kehidupan keluarga Ibu. Meskipun demikian, pada akhirnya pak Budimanlah yang menolong keluarga ibu untuk kabur dari bencana saat hari penjemputan Ian oleh mayat hidup tiba. 

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ketika menonton sebuah film, kita pasti punya best scenes versi kita. Nah, versi saya best scene di film Pengabdi Setan ini terletak saat adegan Bondi (Nasar Anuz) bertanya kepada Ian yang ternyata selama ini tidak bisu dan sedang bicara ke seluruh mayat hidup yang ada di pekarangan rumah mereka. 

"Ian, kamu ngapain ?"
"Lagi bicara sama teman-teman"

Sumber : Dokumentasi pribadi

Adegan ini benar-benar membuat saya terperanjat, spechless. Buat yang sudah nonton pasti mengerti bagaimana rasanya. Dari awal film peran Ian adalah anak bungsu ibu yang punya kekurangan, nggak bisa bicara. Namun, tiba-tiba di akhir film ternyata Ian bisa bicara. Rasanya itu seperti diprank masa hahahaha. 

Sama dengan kebanyakan film genre horor lainnya, cerita di Pengabdi Setan (2017) dibuat "gantung" dibeberapa bagian. Saya akan merangkum 3 hal yang membuat saya penasaran : 

  1. Tidak masuk akal bapak pergi padahal ibu baru meninggal, dan bapak baru muncul kembali di akhir film, padahal, anak-anak butuh dirinya. 
  2. Tidak dijelaskan tentang surat yang ditulis oleh neneknya Rini, Toni, Bondi, dan Ian sebelum nenek wafat. 
  3. Adegan Hendra dan pak Budiman sengaja dibuat penasaran dengan soundtrack lagu lawas saat pak Budiman menjelaskan sesuatu kepada Hendra setelah pak Budiman menitip surat untuk diberikan kepada Rini. 
  4. Ending film Pengabdi Setan (2017) cukup "gantung". Sepertinya akan ada sekuel filmnya, atau memang sengaja digantung seperti film horor pada umumnya. Who knows ? 

Film Pengabdi Setan (2017)  disutradarai oleh Joko Anwar. Pasti tidak asing lagikan membaca nama tersebut ? Ya, Joko Anwar adalah sutradara film yang memulai karir di dunia perfilman pada tahun 2003 (Instagram pusbangfilm, 2021). Nama Joko Anwar semakin banyak dikenal orang melalui film Pengabdi Setan tahun 2017 lalu. Selain film Pengabdi Setan, Joko Anwar juga punya beberapa film lain baik genre horor maupun non horor. Salah satu film genre horor yang disutradari oleh Joko Anwar dan sudah saya tonton adalah film Perempuan Tanah Jahanam (2019) yang juga dibintangi oleh Tara Basro. Setelah saya tonton filmnya, tentu saya cari tahu juga ulasan film dari berbagai sumber. Saya dapat menarik kesimpulan bahwa Joko Anwar memiliki ciri khas dalam film-film garapannya, yaitu : 

  1. Film garapan Joko Anwar apalagi genre horor selalu full of jumpscare. Di film Pengabdi Setan pun pada awal adegan saya sudah merasakan hawa-hawa akan ada jumpscare di adegan selanjutnya.
  2. Selain full of jumpscare, ciri khas dari film garapan Joko Anwar adalah berakar dari kegelisahannya tentang keluarga, khususnya perempuan. 
  3. Seluruh pemain yang berhasil tampil di film Joko Anwar harus melewati kasting. Joko Anwar memiliki 2 syarat wajib yang harus dimiliki pemain di filmnya, yaitu cerdas dan humble. Bagi Joko Anwar pemain yang cerdas akan lebih mudah untuk diarahkan selama proses syuting berlangsung dan mau menerima kritik dan saran, sedangkan pemain yang humble akan memiliki kepekaan terhadap perasaan. Menurutnya 2 karakter tersebut sangat melekat di diri Tara Basro, itulah alasannya kenapa Tara Basro beberapa kali membintangi film garapan Joko Anwar. 
Semua film yang ada tentu tidak dibuat sembarangan. Terdapat nilai-nilai atau makna yang dapat diambil untuk dijadikan pelajaran. Menurut saya, film Pengabdi Setan (2017) mengajarkan bahwa sesungguhnya manusia harus hidup berdasarkan ajaran agama. Agama adalah pondasi hidup, tanpa pondasi hidup jadi tidak terarah. Sudah seharusnya manusia memohon hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan kepada sesama makhluk yang berujung pada kemudharatan. 


Comments

Popular Posts