Menerima Luka Seperti Lentera Hati Elisa

Aku nulis novel fiksi-romantis. 
Ah, teman-teman tentu sudah tahu itu. Sejak nomor identitas buku sah diterbitkan, entah sudah berapa puluh kali novel ini aku promosikan. Uniknya, di awal keseriusanku dalam dunia menulis buku, setiap aku jadi pembicara webinar atau Instagram Live, aku selalu ditanya fokus tulisanku di genre apa, fiksi atau nonfiksi? Berkali-kali pula aku jawab, aku fokus di nonfiksi karena menurutku tulisan fiksi itu ribet, banyak aspek yang harus dipenuhi dan juga cerita khayalan sering kali mengada-ngada. Selain itu, aku ingin mengimplementasikan latar belakang pendidikanku dalam sebuah buku. Apa-apa saja yang biasanya hanya dipahami orang-orang akademisi, setidaknya bisa dinikmati orang awam, dalam balutan narasi yang aku sederhanakan. 

Namun, semakin lama menggeluti dunia ini, aku jadi tertantang untuk mencoba hal baru. Salah satunya membanting stir genre tulisan menjadi fiksi. Aku ingin menulis novel fiksi yang nggak hanya untuk hiburan, tetapi juga ada hal baik yang bisa diambil di dalamnya. Berhubung tulisan ini akan jadi pengalaman baru dalam portofolioku, kuputuskan untuk menulis cerita yang ringan dan banyak diminati pembaca, yaitu tentang cinta-cintaan. 

Sumber: Dokumentasi pribadi 


Lentera Hati Elisa adalah novel yang terinspirasi dari pengalaman patah hati dari beberapa kolega (waduh, agak gimana gitu ya sumbernya hihihi). Aku ambil beberapa bagian yang menurutku menarik, lalu ceritanya aku fiksikan. Selain itu, aku juga terinspirasi dari konten pengembangan diri agar bangkit dari luka yang dimuat di akun Instagram Sintesawellnes (waktu novel ini on process, nama akunnya masih Maknawellness). Beberapa deskripsi tempat dan situasi di novel ini aku tulis berdasarkan pengalamanku ketika aku tinggal di Bandung. 

Novel ini menceritakan tentang Elisa, seorang perempuan berusia kepala tiga yang telah matang secara sandang pangan dan papan yang harus membatalkan rencana pernikahannya karena pengkhianatan keji yang dilakukan tunangannya. Matangnya pribadi Elisa membuatnya bijak dalam menyikapi luka hatinya. Walau berat, Elisa memilih untuk memfokuskan diri dengan pekerjaannya agar dapat melupakan kenangan-kenangan manis bersama mantan kekasihnya itu. Bersama dua sahabatnya, Sara dan Shameer, Elisa bertolak ke Bali untuk menjadi trainer sebuah perusahaan F&B baru. Tak disangka, semesta memertemukan Elisa dengan seseorang yang pernah dikenalnya 4 tahun silam. 

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Melalui cerita Lentera Hati Elisa, aku ingin menekankan bahwa tidak ada yang salah dengan patah hati, putus cinta, gagal menikah dan semacamnya. Rasa sakit akibat kegagalan itu pasti ada, tetapi tidak selayaknya rasa sakit itu dihadapi dengan drama tak berkesudahan. Luangkan waktu sejenak untuk larut dalam rasa sedihnya, tetapi setelah itu bangkitlah dan hadapi dengan berkelas, tanpa harus menyindir sana sini, tanpa harus diusik-usik lagi. Percayalah, selalu ada hal indah yang menanti di balik kemalangan yang terjadi. 


Psst, ternyata nulis novel serunya beda loh dengan nulis buku nonfiksi. Seenggaknya, novel perdanaku nggak miris-miris amat dan ada yang suka😆

Eh iya, novel Lentera Hati Elisa masih ready stock di aku ya! Teman-teman bisa DM aku di media sosial yang tersemat di blog ini, atau dari penerbitnya langsung 😉.

#LiyaNulisBuku
#LiyaBahasBuku 


Judul: Lentera Hati Elisa
Penulis: Auliya Nurrahman
Genre: Fiksi-Romance 
Jumlah Halaman: 157 halaman
Penerbit: Prokreatif

Rating Pribadi: 3,5/5




Comments

  1. Nah, sama nih. Aku sejak awal penginnya nulis nonfiksi aja. Makin ke sini kok lebih sering berkubang di fiksi. Aku jadi menemukan bahwa fiksi ga melulu hasil khayalan, ya. Ada riset dan pengalaman berharga sebenarnya yang diceritakan kembali dengan cara yang disamarkan agar tidak melukai ornag2 yang bersangkutan di dunia nyata

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ada yang ngerasain hal sama kaya aku juga tenyata ^_^. Justru pengalaman diceritakan dalam bentuk fiksi lebih seru jadinya ya Kak.

      Delete
  2. Kok seruuuu mbaaa

    Aku jadi pengin ngefiksi lagi nih
    Semangat berkarya dan selalu menginspirasi ya mbaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seruu Mba wahahaha.
      Yuk yuk nulis lagi yuk terus reviu tulisannya di blog :D

      Delete
  3. Setuju banget! rasa sakit , kecewa dan lain-lain itu, the part of life banget. Mau gimanapun, pasti kita pernah merasakan sakit. Dan orang yang mencintai kita sekalipun ortu, juga bisa melukai kita.

    Keren nih buku ini ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Kak, karena udah jadi bagian dalam hidup jadi ya dinikmati aja ya hehe ^_^

      Delete
  4. Ini cocok buat referensi saya Mbak. Yang suka angot-angotan. Kadang sadar kadang tetiba dongkol sama masa lalu yang menyakitkan.

    Thanks untuk reviewnya yak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mba. Semoga masa lalunya menjadi pelajaran berarti yaaa

      Delete
  5. Kreatif, cerita cinta kolega difiksikan dengan latar tempat kita pernah tinggal. Sukses untuk Lentera Hati Elisa, keren dirimu, nulis non fiksi iya, fiksi oke aja!

    ReplyDelete
  6. Saya suka baca yang kategori Romans begini kayak damai aja bacanya, wah penasaran pengen baca nivelnya apalagi halamannya ga begitu banyak, saya biasanya lebih semangat bacanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa Mba halamannya dikit, bisalah sekali baca selesai hehehe. Kalau minat bisa hubungi saya atau di Shopee penerbitnya ya Mbaa.

      Delete
  7. Wah masyaAllah selamat sudah terbit novelnya ya, Mbak. Keren.

    Saya masih penikmat fiksi. Pingin bisa nulis tapi ntah kapan mau belajarnya. Saya perlu belajar sama Mbak Auliya nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah boleh banget Mba. Boleh dikepoin Instagram @how_forwoman ya, itu komunitas menulis saya ^_^

      Delete
  8. Ah diriku ikut tersentil dengan kisah ini... Sebagaimana luka ini juga ada dalam hati

    ReplyDelete
  9. Masyaa Allah, dulu aku malah suka nulis yg fiksi tp belum kesampean buat novel. Terus sekarang nulis yang nyata" aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tulisan yang nyata bisa difiksikan juga Mba, yuk jadiin buku ^_^

      Delete
  10. Nulis fiksi itu emang seru ya mba, tantangannya dalam hal mengimajinasjkan sesuatu yang ngga benar2 terjadi biar tetap logis

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneerrr Mba. Imajinasi "liar" harus dibatasi supaya cerita yang dihasilkan tetap masuk akal dan nggak mengada-ngada hehehe.

      Delete
  11. Langsung penasaran, apakah Elisa bertemu dengan jodohnya di Bali? Dan siapakah yang ditemuinya 4 tahun lalu? hehehe. Selalu suka baca cerita fiksi, membuat imajinasi di kepala ikutan seru mereka-reka adegannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fiksi nih gitu ya Kak, bisa direka adegannya biar makin penasaran :-D

      Delete

Post a Comment

Popular Posts